Sebuah faedah ilmu yang sangat berharga dari ulama besar
masa silam Ahmad bin ‘Abdul Al Haroni yang dikenal dengan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah. Beliau memberikan nasehat bagaimana kita seharusnya beramar ma’ruf
nahi mungkar yaitu mengajak pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran.
Syaikhul Islam mengatakan, “Orang yang ingin beramar ma’ruf
nahi mungkar semestinya memiliki tiga bekal yaitu: [1] ilmu, [2] lemah
lembut, dan [3] sabar. Ilmu haruslah ada sebelum amar ma’ruf nahi mungkar
(di awal). Lemah lembut harus ada ketika ingin beramar ma’ruf nahi mungkar (di
tengah-tengah). Sikap sabar harus ada sesudah beramar ma’ruf nahi mungkar (di
akhir). ”
Berikut rinciannya yang kami olah dari pembahasan Syaikhul
Islam.
Pertama: Bekal Ilmu di Awal
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz mengatakan,
مَنْ
عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلُحُ
“Barangsiapa yang beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka
ia akan membuat banyak kerusakan dibanding mendatangkan banyak kebaikan.”
Begitu pula Mu’adz bin Jabal pernah mengatakan,
العِلْمُ
إِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ
”Ilmu adalah pemimpin amalan. Sedangkan amalan itu
berada di belakang ilmu.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ini memang benar.
Yang namanya maksud dan amalan tanpa disertai ilmu, maka hanya mengakibatkan
kebodohan, kesesatan dan sekedar mengikuti hawa nafsu sebagaimana telah
dijelaskan. Inilah beda antara orang Jahiliyah dan seorang muslim. Seorang
muslim haruslah membekali dirinya dengan ilmu dalam beramar ma’ruf nahi mungkar
dan harus bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Seseorang juga
harus mengetahui bagaimana kondisi orang yang akan diajak pada kebaikan dan
dilarang dari kemungkaran. Di antara bentuk mendatangkan kebaikan adalah
melakukan amar ma’ruf nahi mungkar sesuatu tuntutan yang diajarkan dalam
Islam (jalan yang lurus). Jika seseorang membekali dirinya dengan ilmu, maka
itu akan membuat lebih cepat mengantarkan pada tujuan.”
Kedua: Lemah Lembut di Tengah-Tengah Amar Ma’ruf Nahi
Mungkar
Dalam amar ma’ruf nahi mungkar hendaklah ada sikap lemah
lembut. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ
الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sesungguhnya jika lemah lembut itu ada dalam sesuatu,
maka ia akan senantiasa menghiasanya. Jika kelembutan itu hilang, maka
pastilah hanya akan mendatangkan kejelekan.”
Begitu pula beliau bersabda,
إِنَّ
اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِى عَلَى الْعُنْفِ
“Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut. Dia menyukai
kelembutan dan Dia akan memberi kepada kelembutan yang tidak diberikan jika
seseorang bersikap kasar.”
Ketiga: Bersabar di Akhir
Setelah melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, haruslah ada
sikap sabar terhadap setiap gangguan. Syaikhul Islam mengatakan, “Setiap
orang yang ingin melakukan amar ma’ruf nahi mungkar pastilah mendapat
rintangan. Oleh karena itu, jika seseorang tidak bersabar, maka hanya akan
membawa dampak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.”
Luqman pernah mengatakan pada anaknya,
وَأْمُرْ
بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ
“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)
Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada para Rasul –dan
mereka adalah imam (pemimpin) dalam amar ma’ruf nahi mungkar- untuk bersabar,
sebagaimana hal ini Allah perintahkan pada penutup Rasul (yakni Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam). Bahkan perintah ini Allah sandingkan dengan penyampaian
kerasulan. Hal ini dapat kita lihat dalam surat Al Mudatsir (surat yang
merupakan tanda Muhammad menjadi Rasul), yang turun setelah surat Iqro’ (surat
yang merupakan tanda Muhammad diangkat sebagai Nabi).
يَا
أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ, قُمْ فَأَنْذِرْ, وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ, وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ, وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ وَلا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ, وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu
berilah peringatan! dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan
perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi
(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi
perintah) Rabbmu, bersabarlah.” (QS. Al Mudatsir: 1-7)
Allah membuka surat yang merupakan pertanda beliau diangkat
menjadi Rasul dengan perintah memberikan peringatan (indzar). Di
akhirnya, Allah tutup dengan perintah untuk bersabar. Yang namanya memberi
peringatan (indzar) adalah melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Maka
ini menunjukkan bahwa sesudah seseorang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar,
hendaklah ia bersabar.
Demikian faedah dari Syaikhul Islam sebagai bekal bagi
orang yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar.
Semoga kita dapat memperhatikan nasehat dalam setiap tindak
tanduk kita ketika ingin memperbaiki orang lain. Hanya Allah yang memberi
taufik.
Faedah Ilmu dari Risalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15-18, Mawqi’ Al Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar